Senin, 24 Mei 2010

MENGENAL AKUNTANSI SYARIAH

Di tulisan saya yang kedua ini, saya ingin menjelaskan mengenai Akuntansi Syariah yang saat ini kian berkembang karena seiring berjalannya waktu akuntansi syariah dirasa lebih mementingkan kemaslahatan masyarakat tanpa kecuali (bukan hanya kaum kapitalis), karena sesempurna apapun aturan yang dibuat manusia (akuntansi konvensional), jauh lebih sempurna aturan yang dibuat Allah S.W.T. (akuntansi syariah). Kita hanya perlu mengkajinya dengan baik dan menerapkannya dalam kehidupan.
Baiklah, langsung saja masuk ke pokok pembahasan.. Asal mula akuntansi biasanya dikaitkan dengan hasil karya Luca Pacioli, seorang ahli matematika Italia pada zaman renaisance. Dalam bukunya yang berjudul “Summa de Arithmatica Geometria Propotione et Propotionalite”, terdapat sebuah bab yang menjelaskan tentang “Double Entry Accounting System”. Selanjutnya bab tersebut dijadikan acuan bagi ilmu akuntansi konvensional.
Tujuan akuntansi selama ini diidentikkan hanya sebatas untuk decision making saja. Sementara kenyataannya, kompleksitas proses pengambilan keputusan dalam bisnis saat ini tidak hanya mengandalkan informasi akuntansi; informasi akuntansi yang selama ini dianggap sebagai dasar pengambilan keputusan tidak menghasilkan output yang baik sehingga situasi ekonomi ataupun bisnis saat ini masih mengalami kerugian, korupsi, kecurangan, crash, serta depresi; dan yang terakhir adalah unsur etika semakin longgar karena informasi akuntansi dianggap bebas nilai, sehingga akuntansi dikuasai oleh pihak kapitalis saja yang berakibat pada kerugian masyarakat.
Seperti yang kita lihat dan rasakan bersama, sistem akuntansi berlandaskan paham sosialis, dan kapitalis yang dibangga-banggakan oleh pengusung ideologi barat ini, telah terbukti gagal dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dunia. Oleh karena itulah, sudah selayaknya akuntansi harus “merubah diri” dengan cara menggeser fungsinya dari decision making facilitating function ke arah yang lebih bermanfaat, yaitu fungsi accountability.
Akuntansi syariah merupakan upaya dekonstruksi akuntansi modern yang bersifat humanis, emansipatoris, transsendental, dan teologikal dimana sangat bertolak belakang sekali dengan akuntansi konvensional yang bersifat kapitalis, sekuler, egois, serta anti-altruistik.
Menurut Naisbitt dalam bukunya Megatrend 2000, dikatakan bahwa perkembangan masyarakat tampaknya mengarah kepada asalnya, atau lebih populer dengan istilah “back to nature” atau “back to basic”. Masyarakat di tahun 2000, dan seterusnya semakin mengalami peningkatan “religiousity”, atau semangat keagamaan. Ini berarti terkait dengan awal sejarahnya akuntansi muncul untuk pertanggungjawaban sebagaimana jiwa ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah 282, dan juga sejarah awal munculnya auditing.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 282, disebutkan kewajiban bagi umat mukmin untuk menulis setiap transaksi yang masih belum tuntas (not completed atau non-cash). Dalam ayat ini jelas sekali tujuan perintah ini untuk menjaga keadilan dan kebenaran, artinya perintah itu ditekankan pada kepentingan pertanggungjawaban (accountability) agar pihak yang terlibat dalam transaksi itu tidak dirugikan, tidak menimbulkan konflik, serta adil merata. Al-Qur’an melindungi kepentingan masyarakat dengan menjaga terciptanya keadilan, dan kebenaran. Oleh karena itu, tekanan dari akuntansi bukanlah pengambilan keputusan (decision making) melainkan pertanggungjawaban (accountability).
Okey..kembali ke definisi dari Akuntansi Syariah. Terdapat beberapa pengertian tentang Akuntansi Syariah, antara lain yaitu:
1. Secara etimologi , kata akuntansi berasal dari bahasa Inggris, accounting, dalam bahasa Arabnya disebut “ Muhasabah” yang berasal dari kata hasaba, hasiba, muhasabah, atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata, atau menghisab, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu. Kata “hisab” banyak ditemukan dalam Al-Qur’an dengan pengertian yang hampir sama, yaitu berujung pada jumlah atau angka, seperti Firman Allah SWT:
QS.Al-Isra’(17):12
“....bilangan tahun-tahun dan perhitungan….”
QS.Al-Thalaq(65):8
“.... maka kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras...”
QS.Al-Insyiqah(84):8
“.... maka dia akan diperiksa dengan pemerikasaan yang mjudah...”
Kata hisab dalam ayat-ayat tersebut menunjukkan pada bilangan atau perhitungan yang ketat, teliti, akurat, dan accountable. Oleh karena itu, akuntasi adalah mengetahui sesuatu dalam keadaan cukup, tidak kurang dan tidak pula lebih. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Akuntansi Syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, dan pelaporan melalui dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum (Kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang haram, dan membahayakan.
2. Akuntansi Syari’ah adalah akuntansi yang berorientasi sosial. Artinya akuntansi ini tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode menjelaskan bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Akuntansi Syari’ah termasuk didalamnya isu yang tidak biasa dipikirkan oleh akuntansi konvensional. Perilaku manusia diadili di hari kiamat. Akuntansi harus dianggap sebagai salah satu derivasi/hisab yaitu menganjurkan yang baik dan melarang apa yang tidak baik.
3. Menurut Prof. Dr. Omar Abdullah Zaid dalam buku Akuntansi Syariah halaman 57 mendefinisikan akuntansi sebagai berikut :
”Muhasabah, yaitu suatu aktifitas yang teratur berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang sesuai dengan syari’at dan jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif, serta berkaitan dengan pengukuran dengan hasil-hasil keuangan yang berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan tersebut untuk membentu pengambilan keputusan yang tepat. Melalui definisi ini kita dapat membatasi karakteristik muhasabah dalam poin-poin berikut ini :
a. Aktifitas yang teratur.
b. Pencatatan (transaksi, tindakan, dan keputusan yang sesuai hukum, jumlah-jumlahnya, dan di dalam catatan-catatan yang representatif)
c. Pengukuran hasil-hasil keuangan.
d. Membantu pengambilan keputusan yang tepat.
4. Menurut Sofyan S. Harahap dalam ( Akuntansi Social ekonomi dan Akuntansi Islam hal 56 ) mendefinisikan :” Akuntansi Islam atau Akuntansi syariah pada hakekatnya adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah Islam. Akuntansi syariah ada dua versi, Akuntansi syariah yang yang secara nyata telah diterapkan pada era dimana masyarakat menggunakan sistem nilai Islami khususnya pada era Nabi SAW, Khulaurrasyidiin, dan pemerintah Islam lainnya. Kedua Akuntansi syariah yang saat ini muncul dalam era dimana kegiatan ekonomi dan sosial dikuasai ( dihegemony) oleh sistem nilai kapitalis yang berbeda dari sistem nilai Islam. Kedua jenis akuntansi itu bisa berbeda dalam merespon situasi masyarakat yang ada pada masanya. Tentu akuntansi adalah produk masanya yang harus mengikuti kebutuhan masyarakat akan informasi yang disuplainya”
Kerangka konseptual akuntansi syariah juga dibangun dari tujuan yang pada akhirnya digunakan untuk merumuskan teknik akuntansi. Adnan (2005: 70) merumuskan kerangka konseptual akuntansi syariah pada tabel berikut:
Kerangka Konseptual Akuntansi Syariah
Syariah
Moral Sosial Ekonomi Politik
Akuntansi Syariah
Teknik:
1. Pengukuran
2. Penyingkapan
Manusia:
Pemegang kuasa + Pelaksana
Dasar:
Moralitas / Etika berdasarkan hukum Tuhan
Sumber,: Adnan, M. Akhyar. 2005. Akuntansi Syariah: Arah, Prospek dan Tantangfannya. Halaman 70
Keterangan:
Tujuan dari akuntansi syariah menurut Adnan ada dua hal. (1) membantu mencapai keadilan sosio- ekonomi (Al Falah) dan (2) mengenal sepenuhnya kewajiban kepada Tuhan, masyarakat, individu sehubungan dengan pihak- pihak yang terkait pada aktivitas ekonomi yaitu akuntan, auditor, manajer, pemilik, pemerintah dsb sebagai bentuk ibadah.
Selanjutnya manusia yang diberi amanah sebagai pemegang kuasa melaksanakan aktivitas dengan moralitas dan etika yaitu: taqwa, kebenaran dan pertanggungjawaban. Teknik juga dirumuskan dari tujuan akuntansi syariah dengan dua komponennya yaitu pengukuran dan penyingkapan. Pada komponen pengukuran dibahas kepentingan- kepentingan untuk tujuan zakat, penentuan dan distribusi laba serta pembayaran pajak. Sedangkan di komponen penyingkapan dijelaskan tentang pentingnya pemenuhan tugas dan kewajiban sesuai syariah: harus halal, bebas riba dan penilaian
Sedangkan pendekatan yang ada dalam akuntansi syariah ini ditinjau dari pendekatan tradisional yang telah dapat diterima lebih tinggi dibanding pendekatan baru. Beberapa pendekatan tradisional tersebut, adalah:
1. Pendekatan Nonteoritis,praktis, atau pragmatis
2. Pendekatan teoritis
3. Deduktif
4. Induktif
5. Etis
6. Sosiologis
7. Ekonomis
Pendekatan Nonteoritis, praktis, atau pragmatis
Pendekatan nonteoritis adalah suatu pendekatan pragmatis (atau praktis) dan suatu pendekatan otoriter. Pendekatan pragmatis adalah pembentukan suatu teori yang berciri khas sesuai dengan praktik senyatanya, dan pembentukan teori tersebut mempunyai kegunaan ditinjau dari segi cara penyelesaian yang pragtis sebagaimana yang diusulkan. Menurut pendekatan ini, teknik dan prinsip akuntansi harus dipilih karena kegunaannya bagi pemakai informasi akuntansi dan relevansinya tergadap proses pengambilan keputusan. Kegunaan atau faedah mengandung arti bahwa” sesuatu sifat yang menjadi sesuatu bermanfaat untuk membantu atau mempermudah mencapai tujuan yang dimagsudkannya.
Pendekatan otoriter adalah adalah perumusan suatu teori akuntansi, yang umumnya digunakan oleh organisasi professional, dengan menerbitkan pernyataan sebagai peraturan praktik akuntansi. Oleh karena pendekatan otoriter juga berusaha memberikan cara penyelesaian yang praktis. Kedua pendekatan ini beranggapan bahwa teori akuntansi dengan teknik akuntansi yang dihasilkan harus didasarkan pada kegunaan akhir laporan keuangan jika akuntansi menghendaki mempunyai satu fungsi yang bermanfaat. Dengan kata lain suatu teori yang tanpa konsekwensi praktis merupakan teori yang buruk.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang digunakan dalam membentuk teori yang dimulai dari dalil-dalil dasar tindakan-tindakan dasar untuk mendapatkan kesimpulamn logis tentang pokok yang sedang dipertimbangkan. Jika diterapkan dalan akuntansi, maka pendekatan deduktif dimulai dengan dalil dasar akuntansi atau alaan dasar akuntansi dan tindakan dasar akuntansi untuk mendapatkan prinsip akuntansi dengan cara yang logis yang bertindak sebagai penentun dan dasar pengembangan teknik akuntansi.
Pendekatan ini berjalan dari umum (dalil dasar tentang lingkungan akuntansi) ke khusus (pertama ke prinsip akuntansi, dan kedua pada teknik akuntansi). Apabila pada saat ini kita beranggapan, bahwa dalil dasar tentang lingkungan akuntansi terdiri dari tujuan dan pernyataan, maka langkah yang digunakan bagi pendekatan deduktif akan meliputi sebagai berikut:
1. Menetapkan “tujuan” laporan keuangan
2. Memilih “aksioma” akuntansi
3. Memperoleh “prinsip” akuntansi
4. Mengembangkan “teknik” akuntansi.
Oleh karena itu, menurut teori akuntansi yang diperoleh secara deduktif, teknik ini berkaitan dengan prinsip dan aksioma serta menurut suatu cara yang sedemikian rupa sehingga apabila prinsip dan oksioma serta tujuan benar, maka teknik pun harus menjadi benar. Struktur teoritis akuntansi ditetapkan menurut rangkaian tujuan, aksioma, prinsip, teknik yang bertumpu pada suatu perumusan tujuan akuntansi yang tepat. Dalam hal ini diperlukan juga suatu perumusan tujuan akuntansi yang tepat. Dalam hal ini diperlukan juga suatu pengujian yang tepat terhadap suatu teori yang dihasilkan.

Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif terhadap pembentukan suatu teori dimulai dari pengamatan dan pengukuran serta menuju kea rah kesimpulan yang digeneralisasi. Apabila diterapkan pada akuntansi, maka pendekatan induktif dimulai dari pengamatan informasi keuangan perusahaan, dan hasilnya untuk disimpulkan, atas dasar hubungan kejadian, kesimpulan dan prinsip akuntansi. Penjelasan-penjelasan deduktif dikatakan berjalan dari khusus menuju kea rah umum. Pendekatan induktif pada suatu teori melibatkan empat tahap:
a. Pengamatan dan pencatatan seluruh pengamatan;
b. Analisis dan pengklasifikasian pengamatan tersebut untuk mencari hubungan yang berulang kali yaknihubungan yang sama dan serupa;
c. Pengambilan generalisasi dan prinsip akuntansi induktif dari pengamatan tersebut yang menggambarkan hubungan yang berulang terjadi;
d. Pengujian generalisasi
Tidaklah seperti halnya dengan masalah pengambilan keputusan secara deduksi, kebenaran atau kepalsuan dalil tidak tergantung pada dalil lain tetapi harus dibuktikan secara empiris.sedangkan dalam hal induksi, kebenaran dalil tergantung pada pengamatan kejadian yang cukup memadai dari hubungan yang berulang kali terjadi. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau beberapa penulis induktif terkadang mengemukakan pemikiran deduktif, dan penulis deduktif terkadang mengemukakan pemikiran induktif. Juga menarik perhatian untuk diperhatikan bahwa ketika Littleton, seorang teoritis induktif, dan Paton seorang teoritikus deduktif bekerja sama, hasilnya bersifat campuran, yang membuktikan suatu perpaduan antara dua pendekatan.
Pendekatan Etis
Inti dasar pendekatan etis adalah terdiri atas konsep-konsep keadilan, kejujuran, kebenaran, serta kewajaran. Konsep tersebut digunakan oleh D. R Scott sebagai criteria utama untuk perumusan suatu teori akuntansi. Ia menyatakan perlakuan yang “justice” dengan perlakuan yang setara atau sama (equitable), terhadap seluruh pihak yang berkepentingan, menyamakan laporan akuntansi yang “truth” dengan laporan akuntansi yang true dan accurate tanpa kesalahan penyajian; dan menyamakan “fairness” dengan penyajian yang fair, unbiased, dan impartical.
Spacek satu langkah lebih maju dalam rangka menegaskan keunggulan konsep kewajaran:
Suatu pembahasan tentang aktiva kewajiban, penghasilan, dan biaya belumlah saatnya dan tidak ada gunanya sebelum menentukan prinsip dasar yang akan menghasilkan suatu penyajian data yang wajar dalam bentuk akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Kewajaran akuntansi dan laporan ini harus ada dan untuk masyarakat tersebut mewakili berbagai golongan masyarakat kita
Kewajaran merupakan suatu tujuan yang diperlukan sekali dalam pembentukan suatu teori akuntansi apabila apapun yang dipaksakan pada dasarnya dapat dibuktikan secara logis atau secara empiris dan apabila dioperasikan melaliu suatu definisi yang memadai dan melalui pengenalan sifat-sifatnya.
Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis perumusan suatu teori akuntansi menekankan pengaruh social terhadap teknik akuntansi. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan etis yang memusatkan pada suatu konsep kewajaran yang lebih luas, yakni kesejahteraan social. Menurut pendekatan sosiologis, suatu prinsip atau teknik akuntansi akan bermanfaat bagi pertimbangan kesejahteraan social. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan sosiologis menganggap eksistensi “nilai-nilai social yang terbentuk” yang dapat dipergunakan sebagai criteria penentuan teori akuntansi.
Pendekatan sosiologis dalam perumusan teori akuntansi telah membantu evolusi suatu cabang ilmu akuntansi baru, yang disebut Akuntansi Sosio-ekonomi. Tujuan utama sosio-ekonomi adalah mendorong badan usaha berfungsi dalam suatu system pasar bebas untuk mempertanggungjawabkan aktivitas produksi sendiri terhadap lingkungan social melaliu pengukuran, internalisasi, dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Bertahun-tahun perhatian terhadap cabang ilmu tersebut semakin meningkat akibat meningkatnya dukungan terhadap tanggung jawab social, yang menitikberatkan pada “ukuran social” tergantung pada “nilai-nilai social,” dan memenuhi suatu criteria kesejahteraan social, kemungkinan akan memainkan suatu peran penting dalam perumusan suatu teori akuntansi di masa yang akan datang.
Pendekatan Ekonomis
Pendekatan ekonomi terhadap suatu perumusan suatu teori akuntansi menitikberatkan pengendalian perilaku indicator makroekonomi yang diakibatkan oleh pemakaian berbagai teknik akuntansi. Sementara pendekatan etis memfokuskan pada konsep “kesejahteraan social,” pendekatan ekonomi memfokuskan pada konsep “kesejahteraan ekonomi umum”. Menurut pendekatan ini, pemilihan teknik akuntansi yang berbeda tergantung pada pengaruhnya terhadap kebaikan perekonomian nasional. Swedia merupakan contoh yang lazim sebagai Negara yang menyesuaikan kebijakan akuntansinya dengan kebijakan makroekonomi laainnya. Lebih tegasnya, pemilihan teknik akuntansi akan tergantung kepada situasi ekonomi tertentu. Missal metode masuk terakhir keluar pertama (last In First Out-LIFO) akan menjadi teknik akuntansi yang lebih menarik dalam suatu periode inflasi yang terus berlangsung. Selama periode inflasi, metode MTKP atau LIFO dianggap menciptakan pendapatan bersih tahunan yang lebih rendah karena menanggung lebih tinggi biaya yang semakin membumbung bagi barang-barang yang terjual disbanding menurut metode masuk pertama keluar pertama (First In First Out-FIFO) ataupun metode rata-rata biaya (average cost)
Oleh karena itu, dalam rangka penentuan norma akuntansi, petimbangan-pertimbangan yang dinyatakan oleh pendekatan ekonomi lebih bersifat ekonomis daripada operasional. Walaupun di masa lalu telah ada kepercayaan pada akuntansi teknis, namun perkembangan akuntansi teknis, namun perkembangan waktu memaksa agar penentuan norma mencakup kepentingan ekonomi dan sosial.

SAHAM BLUE CHIPS

Hai..
Ini adalah tulisan pertama saya di semester 8. Kali ini saya ingin mencoba membahas tentang saham. Kebetulan saham yang akan saya bahas adalah seputar saham blue chips. Bagi Anda yang masih awam dengan permainan di lantai bursa, mungkin Anda akan bertanya-tanya, “Apa sih saham blue chips itu?”
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001: 6), apabila ditinjau dari kinerja perdagangannya, saham dibagi menjadi lima, yaitu blue chips stocks, income stocks, growth stocks, speculative stocks, dan counter cyclical stocks. Masing-masing memiliki pengertian yang berbeda-beda, dan saham blue chips sendiri diartikan sebagai saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen. Sementara menurut Wikipedia saham blue chips adalah sebuah istilah dalam pasar modal yang mengacu pada saham dari perusahaan besar yang memiliki pendapatan stabil dan liabilitas dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Saham blue chips biasanya memberikan dividen secara reguler, bahkan ketika bisnis berjalan lebih buruk dari biasanya.
Well,,dua definisi tersebut terlihat hampir sama dalam mendeskripsikan saham blue chips, sama-sama merupakan saham dari perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, pendapatan stabil, dan konsisten dalam membayarkan dividen. Yupz..memang saham blue chips senantiasa menjadi barang dagangan yang favorit di bursa efek. Saham blue chips ibarat barang dagangan dengan kualitas prima, sehingga banyak orang yang menyukai. Oleh karena itu, saham blue chips selalu mudah dilempar ke pasar karena peminatnya banyak. Sekarang yang perlu digaris bawahi adalah jangan pernah menganggap saham yang harganya mahal pasti masuk kategori saham blue chips. Itu pendapat yang salah. Walaupun saham blue chips menjadi primadona di lantai bursa, harga saham blue chips pun kerap berubah sesuai penawaran, dan permintaan, bisa naik dan bisa juga turun tergantung situasi pasar saat itu.
Baiklah untuk lebih jelasnya, saya akan memberikan sedikit ilustrasi (ilustrasi ini berpedoman pada uraian dari Tim BEI).
Contoh 1: Saham PT EXCLUSIVE diperdagangkan dengan harga Rp 5.000,00. Di sisi lain, kinerja dari PT EXCLUSIVE dari tahun ke tahun hanya mampu menghasilkan laba bersih per saham/ Earning Per Share (EPS) sebesar Rp 50,00 per saham. Itu berarti jika dihitung, Price Earning Ratio (PER) dari PT EXCLUSIVE adalah 5000/50 yakni mencapai 100 kali. Dengan PER sebesar 100 kali, maka harga saham Rp 5.000,00 bisa dinilai terlalu mahal, dan tidak reasonable. Saham seperti ini jelas tidak termasuk saham kategori blue chips.
Contoh 2: PT LEKKER, sebuah produsen biskuit kaleng selalu mencetak laba bersih yang besar setiap tahunnya. Pertumbuhan laba bersih juga cukup tinggi sehingga setiap tahun selalu membagikan dividen dalam jumlah yang cukup besar. EPS-nya tinggi dan PER-nya kecil. Tapi di sisi lain jumlah saham beredar di masyarakat kecil sekali sehingga nyaris tidak ada transaksi harian di bursa efek. Investor atau pemodal yang memegang saham PT LEKKER cenderung menahan dan tidak mau menjual dengan alasan setiap tahun mendapat nilai dividen yang lumayan. Walaupun performance saham PT LEKKER cemerlang dan harga saham di pasar memang tinggi namun, ia belum bisa dimasukkan dalam kategori saham blue chips. Penyebabnya, tidak ada likuiditas di pasar. Kalaupun ada, likuiditasnya kecil sekali.
Nah..dari ilustrasi yang telah dijabarkan tersebut, dapat ditarik garis merah bahwa saham blue chips memiliki ciri sebagai berikut:
1.Kinerja keuangannya sehat, artinya dalam kondisi ekonomi normal dan stabil selalu mencatat pertumbuhan laba bersih dari tahun ke tahun.
2.Membagikan dividen kepada pemegang saham secara konsisten
3.Jumlah saham yang beredar di masyarakat (floating share) tinggi sehingga likuiditas saham di pasar juga tinggi
4.ditransaksikan pada harga yang wajar
5.pergerakan atau fluktuasi harga saham di pasar berlangsung secara wajar, tidak melompat-lompat
6.manajemen dikelola secara profesional (bukan manajemen keluarga)
Sekedar informasi tambahan, saham blue chips sangatlah memberikan capital gain bagi pemiliknya apabila dalam konteks investasi yang cukup panjang. Sementara untuk transaksi harian (daily trading), saham blue chips tidak selamanya menghasilkan capital gain.
Apabila Anda ingin mengetahui mana saja yang merupakan saham blue chips, Anda bisa berpatokan pada daftar saham LQ-45 yang merupakan 45 saham terlikuid yang ada di situs www.idx.co.id. Karena saham blue chips pasti merupakan saham yang ada di LQ-45, tetapi tidak semua saham LQ-45 termasuk saham blue chips (lihat ciri saham blue chips yang telah diuraikan sebelumnya).

MENGENAL SOCIO ECONOMIC ACCOUNTING (SEA)

Hai jumpa lagi bersama saya, Safira.. kali ini saya ingin menulis mengenai SEA.. SEA yang saya masud disini bukan laut lho.. tapi Socio Economic Accounting..
Mungkin istilah SEA masih jarang didengar. Selama ini kebanyakan orang hanya mengetahui Conventional Accounting yang memberikan informasi keuangan perusahaan yang nantinya digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau dengan kata lain hanya melibatkan pihak pertama (perusahaan) dan pihak kedua (partner bisnis).
Pendirian sebuah perusahaan secara kasat mata, dinilai sangat menguntungkan berbagai pihak. Pertama, dengan adanya sebuah perusahaan, otomatis membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Kedua, dengan didirikannya suatu perusahaan maka kebutuhan masyarakat akan barang atau jasa yang diperlukan masyarakat terpenuhi. Selain itu, suatu perusahaan juga diharuskan membayar pajak, sehingga kewajibannya kepada negara terpenuhi. Lalu..apa yang menjadi masalah dengan didirikannya suatu perusahaan..? Padahal ia telah berjasa pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, telah berjasa karena telah mengurangi pengangguran, dan juga perusahaan tidak lalai menunaikan kewajibannya kepada negara yaitu dengan membayar pajak.
Jawabannya adalah terkadang suatu perusahaan lupa terhadap unsur penting yang ada di sekelilingnya, yaitu lingkungan. Kadang perusahaan karena mengejar laba yang sebesar-besarnya, seringkali melupakan dampak dari usaha yang dijalankannya. Seperti polusi lingkungan (air, udara, suara), bahkan berita terakhir menyebutkan bahwa gempa bumi, banjir, tsunami yang terjadi disebabkan karena kegiatan manusia khususnya korporasi yang mengeksploitasi bumi secara besar-besaran.
Dalam conventional accounting, yang menjadi fokus perhatian hanyalah pencatatan dan pengukuran terhadap kegiatan yang timbul akibat hubungan perusahaan dengan lembaga lainnya. Sedangkan Socio Economic Accounting menyorot tentang dapak sosial dari kegiatan suatu perusahaan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap, SEA adalah bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengidentifikasi, mengukur, menilai, dan melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh suatu perusahaan atau lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran lembaga, baik perusahaan atau yang lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan lingkungan secara keseluruhan.
Lebih jelasnya lagi, menurut pendapat Ahmed Belkaoui, ia mengatakan bahwa SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu social, ini menyangkut pengaturan, pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan social negara mencakup social accounting dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaoprkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup financial dan managerial social accounting, social auditing.
Berdasarkan sekilas uraian di atas, dapat dilihat bahwa betapa krusialnya SEA karena SEA memperhatikan aspek lingkungan dalam akuntansi. Memang SEA masih merupakan fenomena baru dalam akuntansi, tapi sudah selayaknya patut dipertimbangkan bagi negara kita yang menjunjung kesejahteraan rakyatnya.

UNIKNYA AKRONIM A K U N T A N S I

Hai teman-teman, kali ini saya mau berbagai informasi dan sedikit wawasan mengenai definsi kata Akuntansi. Kadang kita suka bingung saat ditanya seputar defisini Akuntansi. Karena terdapat berbagai macam definisi Akuntansi yang dikemukakan oleh para ahli, terkadang kita lupa atau sulit mengungkapkannya. Cara yang paling mudah dan pasti akan diingat seumur hidup adalah dengan menilik akronim kata Akuntansi. Dengan menilik Akronim dari kata Akuntansi kita bisa mudah memahami, dan menguraikan akuntansi secara jelas dan sistematis.

Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Teori Akuntansi, definisi Akuntansi dapat kita lihat dari akronimnya, yaitu A K U N T A N S I (A= Angka ; K=keputusan ; U=Uang ; N=Nilai ; T=Tjatatan/Transaksi ; A=Analisis ; N=Netral ; S=Seni ; I=Informasi). Dari pendefinisian akronim akuntansi tersebut, dapat diuraikan untuk lebih jelasnya dengan paragraf berikut:

Akuntansi adalah menyangkut Angka-angka yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan Keputusan, angka itu menyagkut Uang dan Nilai moneter yang menggambarkan catatan dari Transaksi perusahaan. Angka itu dapat diAnalisis lebih lanjut untuk menggali lebih banyak informasi yang dikandungya dan memprediksi masa yang akan datang, ia bersifat Netral kepada semua pemakai laporan, ada unsur Seninya karena berbagai alternatif yang bisa dipilih melalui pertimbangan subjektif serta ia merupakan Informasi yang sangat diperlukan para pemakai untuk pengambilan keputusan.